Selasa, 20 Desember 2011

Kandungan dari buku SUTRA UNGU ( Panduan Berhubungan Intim dalam Prespektif Islam ) Bacaan untuk umur 21 tahun ke atas

Kandungan dari buku SUTRA UNGU
( Panduan Berhubungan Intim dalam Prespektif Islam )
Bacaan untuk umur 21 tahun ke atas

Begitu banyak pakar-pakar muslim sekuler dan liberal yang menulis buku tentang berhubungan seks dan variasinya yang bertentangan dengan Islam. Bahkan mereka menganjurkan, membolehkan dan menekankan budaya onani. Dan bagi mereka itu adalah pelampiasan yang sehat dan bermanfaat. Umat Islam harus tahu dan diberikan kesadaran bahwa islam itu sangat kompleks bahkan sampai hal berhubungan badanpun dijelaskan juga di dalam Islam. Setiap sisi persoalan manusia, selalu saja ada solusi, pemecahan dan jalan keluarnya dalam ajaran Islam yang agung ini.
Minimnya penjelasan tentang sex dari sisi pandang Islam sebagai persoalan praktis yang harus dipelajari, pengetahuan hukum dan adab berhubungan intim dalam Islam begitu dipinggirkan, dan terpojokkan. Dengan banyaknya pornografi, seharusnya sex menurut Islam harus dikaji lebih mendalam lagi karena ke depannya situasi ini akan sangat berbahaya kalau dibiarkan. Saat banyaknya kaum muda yang tidak tahu terhadap masalah ini, maka mereka akan disuguhkan sekian banyak hiburan pemuja sex yang amat berbahaya, haram dan betul-betul mengepung mereka. Intinya banyak pemuda yang dapat pengetahuan sex tapi dari pengetahuan yang haram.
Salah satu faktor yang membuat keluarga bahagia adalah berhubungan sex. Manusia adalah makhluk yang tidak akan pernah lepas dari faktor ini, karena ini adalah kebutuhan manusia. Harus ada ilmu, adab dan tata cara tenang sex menurut pandangan islam sebelum membicarakan apalagi sampai melakukan sex. Rasululloh shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"artinya: Wahai kawula muda. Barangsiapa diantara kalian yang sudah memiliki 'baa-ah' (kemampuan seksual-kemampuan menikah), hendaknya menikah. Sesungguhnya yang demikian itu lebih dapat memelihara pandangan mata dan kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, hendaknya ia berpuasa. Sesungguhnya puasa itu adalah obat baginya". [Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Shohinya dalam kitab An Nikah]
Islam telah mengatur sex ini dalam bingkai yang suci mulia, yaitu pernikahan. Semakin besar gejolak sex yang dialami oleh seorang pemuda, maka semakin dianjurkan, bahkan kesimpulan hukumnya bisa jadi wajib untuk segera menikah.
Seorang muslim tentu dalam pernikahannya ingin mewujudkan rumah tangga yang sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah (kasih sayang). Salah satu hal yang mempengaruhi terwujudnya semua itu adalah kebutuhan sex. Rasululloh shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
"artinya: Barangsiapa yang melihat kecantikan seorang wanita, hendaknya ia mendatangi istrinya. Karena istrinya itu memiliki apa yang dimiliki oleh wanita tersebut". (HR. Muslim no. 1158, ABu Dawud no 2151)
Kesamaan yang dimiliki istri yang sah dengan wanita asing, tentu bukan pada sosok lahiriyahnya, yang bisa saja satu lebih cantik dari yang lainnya. Juga bukan soal kemampuan intelektualitas atau kualitas rohaninya, karena dalam hal itu wanita cukup beragam. Tapi lebih kepada bahwa setiap wanita bisa memberikan konstribusi dalam upaya pemuasan hubungan sex. Selama tidak ada fantasi liar, atau faktor khusus, istri selalu bisa memenuhi kebutuhan seksual suaminya. Hubungan sex bukan saja sekedar mencapai klimaks atau orgasme, melainkan lebih dari itu yaitu adanya sentuhan cinta kasih dan perasaan yang mendalam di antara pasangan suami istri. Jika hal tersebut terwujud diyakini akan memberikan nilai lebih sebuah aktivitas berhubungan sex. Selain meningkatkan kemampuan dan kualitas berhubungan sex, juga diyakini mampu memberikan kepuasan batin, bila dilakukan dengan cara yang halal dan disyari'atkan. Sementara orang yang hanya berpikir bagaimana mencapai orgasme, ia hanya akan mewujudkan keinginannya semata. Itulah yang akhirnya menjadikan hubungan sex yang ia lakukan hampir tidak ada bedanya dengan binatang. Wajar hingga akhirnya sebagian kalangan menganggap hubungan sex sebagai sesuatu yang rendah dan menjijikkan. Tentang hal ini rasululloh shallallahu'alaihi wa sallam memberikan isyarat,
"artinya: Janganlah seseorang diantaramu memukuli istrinya seperti layaknya memukuli budak, namun ia menggaulinya di akhir malam". [Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam shahihnya, dalam kitab An Nikah, bab memukuli kaum wanita, hadits no. 5204]
"artinya: Janganlah seseorang diantaramu memukuli istrinya seperti layaknya memukuli budak, kemudian diakhir malam ia menggauli istrinya tersebut". Dalam beberapa hadits ditegaskan,
"Sebaik-baiknya kalian adalah yang terbaik sikapnya kepada istrinya. Dan aku adalah yang terbaik bagi istriku". [HR. At Tirmidzi (V:709), Ibnu Hibban (IX:484), Ad Darimi(II:212), Al Baihaqi dalam Sunannya (VII:468), dan Al Haitsami (IV:303), dari hadits Abu Kabsyah]

Berusaha menjadi yang terbaik bukan hanya sekedar dalam hal mencari rezeki, mengumbar senyum, dan membimbing istri, tetapi juga dalam memenuhi segala kebutuhannya, termasuk diantaranya adalah sex.
Petunjuk Allah yang diajarkan oleh Rasululloh shallallahu'alaihi wa sallam meliputi persoalan dunia dan akhirat, termasuk hal-hal seperti makan, minum bahkan sex, menjadikan agama Islam unggul daripada agama lainnya, sedangkan kita dituntut untuk meniru rasululloh shallallahu'alaihi wa sallam.
Allah berfirman: "artinya: Dalam diri Rasululloh terdapat suri teladan yang baik bagi kalian, yakni bagi aorang yang selalu mengharapkan rahmat Allah dan hari akhirat" (Al Ahzab:21)
Artinya segala aktivitas beliau, dari ibadah-ibadah khusus seperti sholat, puasa, haji dan yang lainnya, hingga aktivitas harian seperti makan, minum dan berhubungan intim dengan istri-istri beliau, kesemuanya, menjadi teladan bagi kita.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata, "Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar pemahaman mereka (sesuai dengan apa yang dapat mereka mengerti).
Sudikah engkau menyaksikan Allah dan Rasul-Nya didustakan?" (HR. Bukhrai I:59)

Kita harus memberi penjelasan tentang ketentuan syari'at dalam berbagai hal, dengan bahasa dan gaya penuturan yang dapat dengan mudah ditangkap dan dimengerti oleh masyarakat awam, termasuk dalam persoalan sex.
Dalam hadits abu Hurairah disebutkan bahwa Rasululloh shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Bila seseorang sudah berada di antara empat cabang tubuh istrinya, lalu ia melakukan 'kerja yang melelahkan' terhadap istrinya itu, ia sudah wajib mandi". [HR. Al Bukhari I:110, Muslim I:271, Ibnu Majah I:200, Ahmad dalam Musnadnya II:234, Ibnu Hibban dalam Shohihnya III:450, dan Ibnu Khuzaimah juga dalam shohihnya I:114]
Islam adalah agama yang telah mengatur segalanya dan hubungan sex adalah sebuah ibadah yang harus dilaksanakan oleh pasangan suami istri. Sebuah ibadah tidak akan benar tanpa aturan dan bimbingan yang benar. Menurut syari'at hubungan sex tidak boleh dilakukan secara bebas dan brutal, semakin diumbar, nafsu akan semakin menuntut kepuasan berlebih yang tiada berujung, dan ini terbukti di berbagai negeri yang tidak ada aturan yang mengatur hubungan sex. Sex adalah fitrah, dan ajaran Islam membimbing agar seorang muslim lurus dalam fitrahnya. Islam adalah agama yang fitrah. Akal manusia tidak mampu dengan tetap menyelami kebutuhan fitrahnya secara mandiri. Karena itulah Islam sebagai jalan hidup merupakan satu-satunya penuntun kelemahan akal manusia. “Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (Ar Ruum: 30)
Para Ulama berpendapat sama, mempelajari hukum suatu masalah yang sedang dan akan dihadapi dalam waktu dekat hukumnya adalah fardhu'ain. Seseorang muslim wajib belajar salat sebelum melaksanakannya. Ia juga wajib mempelajari manasik haji bila ingin menunaikan ibadah rukun Islam kelima itu. Orang yang memasuki mahligai rumah tangga tanpa mempelajari hak dan kewajibannya, termasuk yang berkaitan dengan pemenuhan hubungan sex jelas merupakan tindakan nekat dan kurang perhitungan. Hal ini, pada titik tertentu, bisa menyebabkan kezhaliman terhadap dirinya sendiri dan pasangannya akibat kelalaiannya. Masalah ini harus dicamkan dengan sebaik-baiknya. Tanpa doktrin khusus, setiap orang yang telah menginjak dewasa memang akan mengetahui betapa pentingnya kepuasan sex. Secara fitrah, dalam kondisi sehat dan normal ,pasti terodrong memenuhi kebutuan sexnya. Memang tidak disangkal bahwa seseorang yang kurang menyadari arti penting sebuah kepuasan seksual bisa jadi karena dbelit sekian kesibukan atau kesulitan hidup. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar seseorang memiliki perhatian terhadap pemuasan sex secara benar, antara lain:
1. Pemenuhan kebutuhan sex adalah ibadah. Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Dan pada kemaluan salah seorang diantara kalian terdapat kesempatan bersedekah...." [HR. Muslim dalam shohihnya II:697, Ahmad dalam Musnadnya V:167, Ibnu Hibban dalam Shahihnya IX:475 dari hadits Abu Dzar]. Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, "Hadits ini menunjukkan betapa karena semangat melakukan amal sholih yang demikian hebat, mereka merasa sedih bila tidak sempat melakukan kebajikan, padahal orang lain mampu melakukannya". (Lihat Jami'ul 'Ulumi wal Hikam I:232). Dalam hadits tersebut Rasululloh shallallahu'alaihi wa sallam memberikan kiat melakukan berbagai amal sholih, termasuk dengan hal-hal yang seringkali diangap kurang bernilai oleh sebagian orang, diantaranya adalah berhubungan intim dengan istri yang sah.
2. Hubungan sex yang halal adalah kenikmatan dan karunia dari Allah. Allah berfirman yang artinya: "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya ,dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yangdemikian itu ,benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (Ar Ruum:21)
3. Hubungan sex yang sah adalah perbuatan mulia. Karena seseorang yang menunaikan hubungan sex dengan cara yang halal dalam rangka menjaga kesuciannya merupakan perbuatan yang mulia, bukan sebaliknya. Allah berfirman, "artinya: Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya ,sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya" (An Nuur:33). Allah menjelaskan dalam ayat di atas betapa tinggi kedudukan orang yang mampu memelihara kesucian dengan melakukan hubungan sex yang halal. Allah juga berjanji menganugerahi para penghuni surga berupa kemampuan berhubungan sex seratus kali sehari. Salah satu hikmahnya adalah menunjukkan bahwa hubungan sex yang halal merupakan sesuatu yang mulia dan sangat dirindukan oleh fitrah manusia.
PENDIDIKAN SEX DALAM ISLAM
Ketika kalangan sexolog menegaskan pentingnya pendidikan sex sejak dini sebenarnya Islam telah mendahuluinya, sejak 14 abad yang lalu. Hanya saja, adab dan etika yang diajarkan Islam membuat tampilan pendidikan terkadang sangat berbeda. Umumnya seorang pakar akan memanfaatkan pertanyaan nakal anak-anak untuk menjelaskan tentang sex secara bertahap, sesuai perkembangan otak mereka.
Sementara Islam memandangnya secara lebih luas. Salah satu media terpenting dalam memberikan pendidikan sex adalah pelajaran fiqih praktis. Dari pelajaran dasar fiqih praktis, secara bertahap anak-anak sudah harus diajari tentang sex. Contohnya, saat menjelaskan tentang najis. Kita harus memberitahukan kepada mereka, apa itu air seni, apa itu madzi, mani dan yang lainnya. Dengan bahasa yang proporsional, semua istilah harus dijelaskan, sesuai dengan kemampuan nalar dan tingkat intelejensi mereka. Menyembunyikan makna kata-kata tersebut justru berakibat fatal. Karena mereka bisa saja menanyakannya kepada orang-orang yang belum mampu menjelaskannya secara santun, kakaknya misalnya, atau teman-temannya yang lebih besar. Menginjak usia yang lebih tua pun pengetahuan harus ditambahkan. Mulai diajari apa itu khitan, tentang disyari'atkannya khitan, kemudian ketika beranjak lebih besar lagi diperkenalkan dengan kata jimaa' (berhubungan badan). Misalnya, saat kita menjelaskan pembatal-pembatal wudu, tentang hadats besar dan sejenisnya. Kita juga harus memberikan pelajaran tentang bahayanya zina, sex bebas dan yang lainnya. Perlu pula diterangkan tentang hukum menikah, lalu hak-hak masing-masing pasutri dan seterusnya. Inilah langkah-langkah untuk belajar sex dari usia dini sampai dewasa. Sehingga seorang anak mempunyai pemahaman yang baik soal ini, sebagaimana sabda rasululloh shallallahu'alaihi wa sallam, "artinya: Apabila Allah menghendaki kebaikan seseorang, maka pasti Allah akan jadikan ia orang yang memiliki pengetahuan di dalam agamanya" [HR. Al Bukhari I:27 dan Muslim II:718]
MALU BERBICARA SEX
Rasululloh shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Rasa malu adalah seluruh kebajikan" [HR. Muslim dalam shahihnya 37: 61 dalam kitab Al Iman. Bukhari dengan lafazh, "Rasa malu itu hanya mendatangkan kebaikan belaka" (X:537) dalam kitab Al Adab, bab Rasa Malu, keduanya dari Imran bin Husain radhiyallahu'anhu]. Dalam riwayat lain,

"Diantara pelajaran yang didapatkan umat manusia dari sabda kenabian terdahulu yaitu: kalau engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu". [HR. Al Bukhari dalam Shahihnya III:1284, Ibnu Majah II:1400, dan Ath Thabari dalam Al Mu'jam Al Ausath III:12 dari hadits Abu Mas'ud radhiyallahu'anhu]. Malu itu ada 2 malu yang baik dan malu yang jelek, malu yang baik adalah malu karena sumber kebajikan, sedangkan malu yang jelek adalah malu karena tidak mempelajari sesuatu yang penting, yang demikian disebut memalukan. Dalam masalah sex apabila muncul rasa malu, selama rasa malu itu adalah tentang membicarakan faktor sexnya semata, apalagi untuk tujuan exploitasi, untuk memuaskan nafsu syahwat, peliharalah rasa malu tersebut. Karena itu adalah dorongan iman. Biasanya perasaan malu dalam problematika hubungan sex meliputi 2 hal:
1. Malu mengungkapkan perasaan dan merefleksikan perasaan kepada pasangan pada saat sedang atau ingin berhubungan sex.
2. Malu menanyakan hukum-hukum yang berkaitan dengan sex.

Bentuk malu pertama adalah malu seperti pengantin baru dan hal ini adalah wajar. Bahkan bisa jadi rasa malu yang pertama ini akan menjadikan sebuah bumbu dalam berhubungan sex. Namun apabila malu yang ini terus-terusan, maka ada 2 kemugkinan, yang pertama sifat bawaan yang urusannya pada kejiwaan seseorang, yang kedua bisa jadi karena tidak adanya keterbukaan, ditambah dengan keyakinan bahwa sikap malu semacam itu wajar bagi seorang mukmin. Rasa malu disini jadi keliru, karena bukan iman yang menjadi pendorongnya, tapi justru sifat curiga dan buruk sangka. Allah berfirman: "artinya:Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. " (Al Hujurat :12). Kemungkinan pertama tadi bisa saja menyangkut masalah kepribadian yang mengarah pada kelainan, munkgin masih bisa ditolerir, dengan catatan orang tersebut menyadari sifatnya tersebut. Adapun kemungkinan yang kedua, sungguh tidak bisa ditolerir. Karena hal tersebut adalah kesalahfahaman dalam mengartikan malu. Malu yang dimaksud dalam hadits sebagai "kebaikan" secara keseluruhan, adalah malu untuk berbuat maksiat atau berbuat kesalahan. Bukan malu untuk bertanya dalam kebaikan, sebagaimana pepatah "malu bertanya sesat di jalan". Rasululloh shallallahu'alaihi wa sallam memuji orang-orang Anshar yang selalu bertanya. Beliau bersabda: "artinya: Semoga Allah merahmati para wanita Al Anshar, mereka tidak terhalangi oleh rasa malu untuk mendalami agama". [Lihat At Tahmid oleh Ibnu Abdil Barr VIII:338, juga syarah Az Zarqani I:156]

Diriwayatkan juga bahwa Abdullah bin Nafi bin Saabith pernah menemui bibinya Hafshah bin Abdurrahman bin Abu Bakar (cucu Abu Bakar Ash Shiddiq), untuk bertanya, "Sesungguhnya aku ingin menanyakan sesuatu, tetapi malu menanyakannya kepadamu." Hafshah berkata kepadaku, "Kemenakanku, engkau tidak perlu malu." Ia berkata, "Aku ingin bertanya tentang hukum menggauli wanita dari arah belakang"..dst..sampai hadits selesai [Lihat tafsir Al Qur'an Al Azhiem I:147. Hadits ini diriwayatkan oleh Al Hafizh Abu Ya'la]. Ibnu Abdil Barr menjelaskan, "Hadits 'Aisyah itu menunjukkan bahwa seorang wanita semestinya tidak merasa malu bertanya tentang masalah haidh, mandi junub, dan tata cara berwudhu, misalnya, serta segala urusan yang diperlakukannya, seperti kaum laki-laki. Dan riwayat ini meunjukkan bahwa tidak setiap wanita mempunyai keberanian seperti itu" [Lihat At Tahmid VIII:338]
MANFAAT BERSETUBUH
Allah tidak pernah menetapkan syari'at tanpa menyelipkan sekian hikmah di baliknya. Hanya saja, tidak semua hikmah tersebut diungkapkan secara eksplisit. Bila demikian, akan sedikit pula orang yang mengetahuinya. Mengenal pelbagai hikmah dari sebuah ajaran syari'at, melalui bukti nyata, penelitian, pengalaman dan dengan menyaksikan berbagai peristiwa, tidak lain adalah anugerah yang tiada terhingga. Hubungan sex adalah sebuah amalan ibadah yang disyari'atkan bagi setiap muslim dan muslimah yang telah menikah secara sah. Dan karena ini adalah syari'at dari Allah sudah tentu ada banyak hikmah yang terkandung dari bersetubuh ini. Barra Zuhari Al 'Ubaidi menjelaskan, "Bila sudah kita maklumi bahwa Islam memiliki berbagai tujuan luhur dari syari'at pernikahan, maka tidak diragukan lagi bahwa hubungan sex menjadi bagian terpenting untuk mewujudkan semua tujuan tersebut. Kalau salah satu dari tujuan menikah adalah untuk membentengi diri dari perbuatan tak bermoral, maka segala kiat yang dapat memberi kemampuan dan menyokong upaya pembentengan tersebut menjadi wajib pula hukumnya. Oleh sebab itu, berkaitan dengan hubungan antar pasutri, Allah mengistilahkan, 'Kalian adalah pakaian bagi merkea, demikian juga, merka adalah pakaian bagi kalian...' Artinya, masing-masing pasutri menjaga kesucian diri dengan bantuan pasangannya, menutupi segala kekurangannya dengan bantuan pasangannya. Sehingga tidaklah diperbolehkan ia melepas pakaian di hadapan selain pasangannya tersebut. Dan semua itu tidak bisa terwujud, dan masing-masing pasutri tidak akan mungkin bisa melakukannya, tanpa mengenal dan mempelajari segala hal yang berkaitan dengan hubungan sex, agar kesucian masing-masing pihak dapat terjaga." [ Lihat Al 'Awathib ad Dafi'ah oleh Al Barra Zuhari Al Ubaidi, masuk pasal Usrah, dari Syajar At Tashnifat, dalam Al Mukhtar Al Islami asuhan Syaikh Shalih Al Munajid]. Ibnu Al Qayyim menjelaskan, "Adapun soal hubungan badan atau jimak, petunjuk nabi adalah yang paling sempurna dalam konteks untuk mejaga kesehatan, mendapatkan kenikmatan optimal dan kebahagiaan hati sehingga sasaran yang menjadi target hubungan intim dapat dicapai. Pda dasarnya hubungan badan itu diciptakan untuk 3 tujuan:
1. Untuk memelihara keturunan dan keberlangsungan manusia.
2. Mengeluarkan air (mani), yang bila atetap mendekam dalam tubuh akan berbahaya bagi tubuh sendiri.
3. Memenuhi hasrat, meraih kenikmatan, dan menikmati karunia Allah.

Kalangan medis terkemuka menandaskan: Sesungguhnya hubungan intim itu termasuk faktor paling utama dalam menjaga kesehatan. Diantara manfaat bersetubuh adalah menjaga pandangan mata, mengekang hawa nafsu, mampu menjaga kesucian diri agar tidak berbuat haram. Itu juga berlaku bagi wanita. Bersetubuh berguna bagi pria dan wanita di dunia dan di akhirat" [ Ath Thibbun Nabawi oleh Ibnu Qayyim hal. 194]
Sebagian kalangan salaf menyebutkan, "Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: Jangan sampai tidak berjalan. Kalau bila suatu hari ia perlu banyak berjalan, ia tidak akan kesulitan melakukannya. Kedua, jangan sampai tidak makan, karena usus bisa menyempit. Ketiga, jangan meninggalkan hubungan sex, karena air sumur saja bila tidak digunakan, airnya akan habis sendiri." Muhammad bin Zakariya menandaskan, "Barangsiapa yang tidak bersetubuh dalam waktu yang lama, kekuatan organ-organ tubuhnya akan melemah, sarafnya akan menegang dan pembuluh darahnya akan tersumbat, selain itu penisnya juga akan mengkerut". Beliau melanjutkan, "Saya melihat sendiri banyak kalangan yang sengaja tidak melakukan hubungan sex dengan niat membujang, maka tubuh mereka menjadi dingin, gerak-gerik mereka menjadi kaku dan menjadi sering muram tanpa sebab. Nafsu makan mereka menjadi berkurang, demikian juga pencernaan mereka menjadi rusak."

Tidak ada komentar: